🌑 "Kutukan Batu Menangis di Lembah Lempuh"
“Di sebuah lembah yang tak terjamah Google Maps, konon ada batu sebesar rumah yang menangis setiap malam Jumat Kliwon. Batu itu bukan benda mati… melainkan tubuh seorang wanita yang dikutuk karena membuka rahasia gaib desa.”
🌿 BAB 1: Perjalanan ke Lembah yang Terlupakan
Raisa, seorang peneliti mitos Nusantara dari sebuah universitas negeri di Jawa, sedang melakukan proyek keliling desa terpencil. Targetnya adalah merekam cerita rakyat yang belum terdokumentasi — terutama mitos lokal yang bersinggungan dengan dunia gaib.
Salah satu tempat yang disebut warga adalah Lembah Lempuh, terletak di antara perbatasan Banjarnegara dan Pekalongan. Aneh, lembah itu tidak muncul di Google Maps, bahkan penduduk sekitar hanya menyebutnya "tanah tua".
Setelah menempuh 2 jam jalan kaki bersama seorang juru kunci desa bernama Mbah Tunggul, Raisa sampai di lembah yang diselimuti kabut abadi. Di tengah lembah berdiri sebuah batu raksasa menyerupai manusia meringkuk.
"Itu Batu Menangis," kata Mbah Tunggul.
"Dulu ia manusia."
🧓 BAB 2: Legenda Nyi Sri Rengganis
Menurut cerita Mbah Tunggul, ratusan tahun lalu, kampung di Lembah Lempuh dipimpin oleh seorang dukun wanita cantik dan cerdas bernama Nyi Sri Rengganis. Ia terkenal bisa menyembuhkan penyakit, mendatangkan hujan, bahkan memanggil roh penjaga gunung.
Namun, kekuasaan membuatnya serakah. Nyi Rengganis ingin menguasai seluruh wilayah barat, dan satu-satunya cara adalah membuka segel kuno yang ditanam para leluhur — batu pemisah alam manusia dan alam gaib.
"Ia membaca mantra terlarang dan mencoba memindahkan segel itu," kata Mbah Tunggul.
"Tapi roh-roh yang dikurung di alam sana... keluar. Menuntut balas."
Dalam semalam, seluruh kampung hilang. Hanya batu besar itu yang tersisa. Bentuknya menyerupai perempuan dengan wajah tertutup tangan.
“Karena malu… karena menangis,” bisik Mbah Tunggul.
🌘 BAB 3: Malam Jumat Kliwon
Raisa menginap di gubuk tua di dekat lembah, bertekad merekam suara batu tersebut pada malam Jumat Kliwon. Kamera infra merah, perekam suara, dan kemenyan ia siapkan.
Tengah malam, saat kabut mulai menebal, terdengar suara lirih tangisan perempuan. Tapi bukan dari arah batu — suara itu berasal dari belakang kamera.
Saat Raisa menoleh… ada sosok perempuan berbaju putih lusuh berdiri di belakangnya, dengan rambut basah dan mata hitam pekat.
"Kau... ingin membuka segel lagi?" suaranya serak seperti bisikan angin.
Raisa terjatuh. Sosok itu lalu menunjuk ke batu besar. Tiba-tiba, dari sela-sela batu, keluar air bening seperti air mata.
Raisa pingsan.
🔄 BAB 4: Mengulang Kutukan
Pagi harinya, Mbah Tunggul menemukan Raisa masih tergeletak. Semua alat elektroniknya hangus seperti tersambar petir.
“Kamu hampir membuka jalur itu lagi,” kata Mbah.
“Batu itu bukan sekadar kutukan. Ia segel.”
Mbah Tunggul bercerita bahwa setiap seratus tahun, akan datang orang luar yang penasaran, mencoba membuka rahasia Lembah Lempuh. Tapi setiap kali, orang itu akan kehilangan sesuatu: akal, jiwa… atau seluruh ingatannya.
Raisa pun memutuskan pulang. Tapi sejak kejadian itu, ia mengaku:
-
Selalu mendengar suara tangisan setiap Jumat malam.
-
Mimpi didatangi wanita berwajah sama dengan dirinya sendiri.
-
Dan yang paling aneh… foto dirinya di depan batu itu perlahan menghilang dari semua perangkat.
🪨 EPILOG: Batu yang Menangis untuk Selamanya
Hingga kini, warga sekitar percaya bahwa Batu Menangis di Lembah Lempuh adalah satu dari tujuh batu segel kuno yang menjaga keseimbangan alam nyata dan gaib di Tanah Jawa. Jika semua batu terbuka… maka batas itu akan hilang.
Dan tangisan yang kita dengar… mungkin bukan karena sedih.
Tapi karena ia tidak ingin kita membuka pintu ke dunia yang seharusnya tertutup.
Posting Komentar