🕯️ BAB 1: PANGGILAN TENGAH MALAM
Namaku Dr. Stephanie Halim, seorang dokter forensik yang telah bekerja selama hampir 6 tahun di rumah sakit pendidikan terbesar di Jawa Barat. Aku terbiasa menghadapi tubuh tanpa nyawa, darah, dan tulang yang retak — semua menjadi bagian rutinitas pekerjaan.
Namun malam itu berbeda.
Pukul 00:41 WIB, aku menerima panggilan dari bagian IGD. Polisi baru saja membawa seorang mayat tanpa identitas — korban pembunuhan yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan, sebagian tubuhnya dimutilasi dan disimpan dalam koper di bawah jembatan layang.
“Segera lakukan otopsi darurat, Dok,” kata perwira yang menelepon, “ada kemungkinan jenazah ini terhubung dengan kasus hilangnya tiga orang sebelumnya.”
Aku berangkat ke ruang otopsi di lantai -1, ruang bawah tanah rumah sakit, yang hanya diakses oleh tim forensik dan petugas kamar jenazah. Saat itu aku sendiri; asisten otopsi belum datang, dan sinyal di ruang itu sering kali hilang.
🧊 BAB 2: POTONGAN YANG BERBICARA
Mayat tersebut tiba dalam kantong hitam besar. Bau amis menyengat langsung memenuhi ruangan. Aku mengenakan APD lengkap dan mulai melakukan inspeksi tubuh.
Tapi ada yang aneh.
Wajah mayat ini... seperti menatapku balik. Walau matanya tertutup, ekspresinya sangat nyata, seperti sedang menahan amarah atau penderitaan mendalam.
Ketika aku mulai membuka rongga dada, lampu ruangan mendadak redup. Mesin pendingin jenazah di sudut ruangan mati sendiri, lalu menyala lagi dengan bunyi klik pelan — padahal tidak ada gangguan listrik.
Dan saat aku menyentuh bagian paru-paru dengan pinset, aku mendengar... bisikan.
“Jangan potong aku...”
Aku sontak menoleh. Ruangan kosong. Tidak ada siapa pun.
⚰️ BAB 3: MAYAT KE-4 YANG HILANG
Setelah dua jam bekerja, aku menemukan kejanggalan besar: jumlah potongan tubuh lebih banyak dari biasanya. Tangan korban ada tiga, satu di antaranya tampak lebih kecil dan tidak sesuai ukuran tubuh lain.
Aku membuka laci data kasus dari otopsi sebelumnya. Dan benar saja — tiga minggu lalu ada tiga korban hilang dengan ciri-ciri serupa.
Dan yang membuatku menggigil adalah catatan otopsi terdahulu, yang dilakukan oleh kolegaku, Dr. Samuel, telah mengklaim kasus itu selesai. Tapi... mayat keempat ini tidak pernah tercatat.
Aku membuka loker jenazah lama. Salah satunya berat, meskipun labelnya menyatakan "KOSONG".
Dengan ragu, aku menarik lacinya...
Dan isinya: bukan tubuh, tapi seragam dokter forensik yang berlumuran darah, lengkap dengan ID card milik Dr. Samuel.
Ia telah hilang 2 minggu lalu... dan tidak pernah ditemukan.
🩸 BAB 4: KENYATAAN YANG MENYIMPANG
Panik, aku ingin meninggalkan ruangan. Tapi pintu otopsi tidak bisa dibuka. Lampu mulai berkedip dan suhu ruangan turun drastis.
Monitor detak jantung — padahal tidak terhubung ke siapa-siapa — mulai berbunyi:
BIP... BIP... BIP...
Dan di layar monitor tertulis satu nama:
“STEPHANIE HALIM – MASUK: 00:41 | KELUAR: BELUM DITENTUKAN”
Dengan suara gemetar, aku berteriak:
“Siapa kau?!”
Suara dalam dinding membalas, pelan tapi jelas:
“Aku... korban dari meja ini. Tapi bukan kamu yang menyiksaku. Aku hanya ingin keluar.”
Seketika semua potongan tubuh yang ada di meja bergerak perlahan. Tidak hidup, tapi seperti mengikuti alunan kehendak tak terlihat.
Dan dari cermin dua arah di sudut ruangan, aku melihat diriku sendiri... tersenyum. Tapi tubuhku tidak bergerak.
Itu bukan aku. Itu sosok lain dengan wajahku.
⛓️ BAB 5: DOKTER TANPA BAYANGAN
Ketika pagi datang, pintu otopsi terbuka otomatis. Petugas jaga pagi menemukan aku pingsan di bawah meja logam, dengan bekas cakaran di tangan, dan satu potongan lengan yang tidak tercatat di data siapa pun.
Dan yang lebih aneh — CCTV malam itu kosong.
Semua rekaman hilang dari pukul 00:41 hingga 04:07.
Saat aku melihat ke cermin ruang ganti, aku sadari sesuatu yang menakutkan:
Bayanganku tidak muncul.
🕯️ EPILOG
Kini aku masih bekerja. Tapi setiap malam Jumat, aku tidak pernah masuk ruang otopsi. Karena di lorong itu, kadang masih terdengar bunyi alat bedah dijatuhkan, atau bau formalin yang datang tiba-tiba.
Dan aku tahu...
bukan semua mayat ingin dibiarkan diam.
Beberapa masih punya cerita.
Dan sebagian... belum benar-benar mati.
Posting Komentar