Hantu Lagu Gugur Bunga di Bundaran Teknik UGM

Hantu Lagu Gugur Bunga di Bundaran Teknik UGM

 

“Gugur Bunga di Bundaran Teknik UGM”

Malam itu, langit Jogja kelabu. Angin bertiup lirih menyusup dedaunan tua di pohon-pohon besar sekitar Bundaran Teknik UGM. Jam menunjukkan pukul 23.47, ketika dua mahasiswa tingkat akhir, Andra dan Raga, baru saja selesai dari lembur pengerjaan tugas proyek di lab Teknik Mesin.

“Eh, lo tau gak sih, katanya kalau nyanyi Gugur Bunga di bundaran ini bisa manggil hantu?” celetuk Andra sambil menyulut rokok.

Raga menoleh sekilas, geli. “Alaah… mitos kampus doang itu. Lo percaya?”

Andra menyeringai. “Katanya dulu ada mahasiswa iseng nyanyi lagu itu jam segini, terus katanya nggak bisa pulang. Kayak… terjebak di bundaran.”

Raga mendengus. “Coba aja lo nyanyi.”

Andra menatap bundaran yang sepi dan gelap, lalu melangkah pelan ke tengah trotoar bundaran yang membentuk lingkaran kecil dengan pohon besar di tengahnya. Ia mengangkat suara:

"Gugur satu, tumbuh seribu..."

Angin tiba-tiba berhenti.

"Tanah air jaya sakti..."

Lampu taman di dekatnya berkedip—sekilas menyala, lalu padam total. Sekujur tubuh Andra merinding, tapi ia terus:

"Gugur bunga di taman bakti..."

Seketika, udara terasa dingin menusuk. Raga yang awalnya duduk di motor mulai gelisah. Ia bangkit dan berjalan mendekat. “Ra… ndra… udahan lah. Gak enak nih rasanya…”

Tapi Andra diam. Matanya kosong. Dari arah belakang, samar-samar terdengar suara perempuan menangis. Bukan hanya satu, tapi seperti nyanyian lirih yang saling bersahutan. Aroma melati menyeruak tiba-tiba.

Raga panik. Ia menggoyang bahu Andra, “Woi! Lo kenapa?!”

Mata Andra berkedip perlahan. “Dia... liat aku, Ra. Dari balik pohon besar itu…”

Raga menoleh cepat.

Di balik pohon bundaran, tampak sosok perempuan berbaju putih, wajahnya tertutup rambut panjang. Ia berdiri diam, tapi ujung kakinya tidak menyentuh tanah. Tiba-tiba, ia melayang pelan ke arah mereka sambil bersenandung potongan lagu “Gugur Bunga”—suara serak dan menyayat.

Tanpa pikir panjang, Raga menarik Andra dan lari terbirit-birit. Tapi entah kenapa, mereka terus berputar di bundaran yang sama, seperti tidak bisa keluar. Motor mereka sudah tak ada di tempat semula.

Andra mematung. “Kita… terjebak, Ra…”

Di kejauhan, suara lonceng jam kampus berdentang dua belas kali.

Saat dentangan terakhir bergema, perempuan itu tepat berada di hadapan mereka.


Keesokan Paginya

Petugas keamanan menemukan dua mahasiswa tertidur lemas di trotoar bundaran. Motor mereka masih di tempat, tidak pernah berpindah. Saat dibangunkan, Andra menangis tanpa suara. Raga hanya berbisik lirih, “Jangan pernah nyanyi lagu itu lagi… terutama tengah malam…”


Catatan:

Konon, kisah ini sering diulang setiap tahun ajaran baru. Tidak ada yang tahu pasti siapa “mbak putih” itu. Tapi satu pesan terus diulang:

Jangan nyanyikan Gugur Bunga di Bundaran Teknik UGM… apalagi saat malam Jumat Kliwon.

0 تعليقات

إرسال تعليق

Post a Comment (0)

أحدث أقدم