🌊 Mitos Daerah Bali: Penunggu Pura di Tengah Laut
Bali dikenal dengan keindahan pantainya, budayanya yang kuat, dan ratusan pura suci yang tersebar di berbagai penjuru pulau. Tapi di balik keindahannya, ada banyak cerita mistis yang hidup di tengah masyarakat. Salah satunya datang dari sebuah desa pesisir di selatan Bali, bernama Giri Luwih.
📍 Pura Segara Peteng: Pura yang Tak Boleh Dikunjungi Saat Malam
Di desa ini terdapat sebuah pura kecil yang berdiri di atas batu karang, agak menjorok ke laut. Namanya Pura Segara Peteng, atau dalam bahasa Bali berarti “Laut yang Gelap.” Tidak seperti Pura Tanah Lot yang ramai dikunjungi wisatawan, pura ini sepi dan bahkan dilarang dikunjungi setelah matahari terbenam.
Alasannya? Karena menurut warga, pura ini dijaga oleh makhluk gaib yang disebut I Ratu Geni, sosok perempuan dengan rambut api dan mata menyala merah yang muncul dari ombak saat bulan purnama.
🔥 Siapakah I Ratu Geni?
Warga setempat percaya bahwa I Ratu Geni adalah penunggu pura sekaligus penjaga gerbang dunia laut dan dunia roh. Ia bukan roh jahat, tapi sangat sensitif terhadap energi negatif. Siapa pun yang datang dengan niat buruk, sombong, atau bahkan sekadar iseng, bisa terkena kutukannya.
Cerita paling terkenal adalah tentang seorang pendeta muda yang merasa bisa “menyucikan” pura itu. Ia datang saat malam bulan purnama, dan... tidak pernah kembali. Yang ditemukan hanyalah tongkat sucinya yang terdampar di pantai keesokan paginya.
🌕 Ritual Purnama dan Larangan yang Masih Dipegang
Sampai sekarang, masyarakat Giri Luwih masih menjaga tradisi untuk tidak mendekati Pura Segara Peteng setelah gelap. Setiap bulan purnama, mereka hanya meletakkan canang sari (sesajen) di tepi pantai, sambil berdoa:
“Ratu Geni, jaga kami. Jangan bangkit marah.”
Bagi warga, pura itu bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga simbol keseimbangan antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata.
🌊 Sebuah Pengingat dari Laut Bali
Cerita ini mungkin terdengar seperti mitos, tapi di Bali, batas antara nyata dan gaib sangat tipis. Mitos seperti ini bukan sekadar cerita horor—tapi refleksi dari kearifan lokal, bahwa alam dan energi spiritual harus dihormati.
Jadi, jika kamu sedang menjelajah sudut Bali yang lebih tersembunyi, ingatlah: tidak semua tempat terbuka untuk semua orang, kapan saja.
Posting Komentar